Monday, January 17, 2011

Kutukan “tukang Laundry”

Guys sadar gak sadar kadang orang- orang sering memperhatikan kita, entah bukti sayang atau sekedar bahan gossip dan celaan semata, dan gw bener2 membuktikan premis ini.

Tersebutlah seorang gw yang tinggal di bilangan BSD City dengan rutinitas yang hampir sama hari-harinya, bangun tidur mandi kerja tidur mandi kerja on and on and on
Semua berjalan wajar dan apa adanya bahkan gw pun berfikiran semua yang dipikirkan tetentang gw pun wajar adanya saja, ternyata nil.

Di hari ke 7854 gw tinggal di daerah itu kali pertamanya gw balik kerja malam jumat menyempatkan untuk mampir di abang2 sate hanya untuk beberapa tusuk sate bekal makan malam dirumah, “bang… satenya bang.. seratus tusuk.. kuborong satemu…” (sambil nyemil melati dan pandangan agak terpicing ke kiri serong 45 derajat) *jangan berani-berani lo bayangin ini beneran ya.... takut kesambet bow! amit2!

ok Back, Percakapanpun terjadi lumrah, selayaknya pembeli dan penjual yang nampak seperti transaksi di bursa efek Jakarta. Bedanya pembeli kali ini adalah model sekaliber didi kempot.  Setelah harga ekuilibrium, Gw putuskan untuk memasuki warung tenda sang abang2 sate, untuk sekedar penantian kibasan kipas abang sate yang mulai bekerja, tapi entah dari 4 pelayan yang ada tiga diantaranya menyerbu meja gw bukan semata menyodorkan menu tapi mereka pengen sedikit bercengkramah sama gw di kesempatan yang luarbiasa langka ini yang sebenernya lebih kepada interogasi kalo gw pikir-pikir.

“Bang baru balik kerja ya?” sang sate1 bertanya (kesalahan pertama sudah dilakukan yaitu memanggil gw “bang”). Pertanyaan untuk sekedar membuka topik yang berdasarkan naluri brilian ini semua akan berlanjut ke talkshow, debat dan diskusi panel.

“iya” gw jawab singkat padat dan pelit,

“kerja di mana?” sang sate 2 nimbrung dan semakin menegaskan kalo talkshow akan segera dimulai,

 “di daerah serpong mas”,  gw jawab jujur dan bersikap baik, takut sate pesanan gak dilayanin, atau dikasih arsenik kayak sate yang dimakan alm Cak Munir (sebentar, sate bukan ya? hmmmmm ya itulah pokoknya)

“kerja di apaan Bang? Pertanyaan berikut kembali muncul oleh sang sate 3,

gw menjawab dengan menyebut Sin**M*s sebagai nama kantor gw, lalu muka sate 2 sumringah menandakan dia tahu sesuatu

“oooooo laundry ya?” sambil pasang tampang minta disetujui bertanya.

gw buru-buru bilang “ooo tentu bukan mas”. Gw mualai menjelaskan secara terperinci, lengkap dan komperhensive, mulai dengan tinjauan masalah lalu berahir dg apa dan bagaimana kantor gw itu berkecimpung. Berharap dipahami seutuhnya dan yang paling penting sedikit tidak rela fashion statement gw selama ini berahir dengan tuduhan gw sebagai tukang laundry.

Setelah penjabaran panjang lebar ina inu caca lala dan sebagainya harapan besar gw adalah imaging gw terbaharui dan siabang sate akan paham dan mengerti bahwa kerja rapih berangkat pagi pulang malam walau kadang bawa cucian kerumah bukan berarti gw tukang laundy bisa aja gw tukang beling atau tukang kredit daster, ya apalah yang penting jangan tukang laundry.

Detik berikutnya harapan gw seakan hancur berkeping2, si sate2 menanggapi penjelasan gw dengan “iya sering denger sih nama itu, perusahan laundry kan?” tetep dengan statementnya yang kaku dan gak bisa di ubah kayak statementnya om OC Kaligis.

Merasa perbuatan gw sia-sia gw ngeloyor kalah menggondol satu dan muka tertunduk lesu. Segera merencanakan untuk datang ke komnas perlindungan anak untuk minta perlindungan ke Kak Setto.

Pertanyaan yang sampe detik ini masih berkecamuk:
Siapakah Gw?, dan benarkah apa yang gw lakukan adalah perbuatan tukang laundry?
“Kak Setto Tolong!” (beracting seperti Arummy Bachsin, dan lupa diri kl kak Setto gak menerima anak bangkotan)


No comments:

Post a Comment